Anton Atong Sugandhi
Anton Atong Sugandhi
  • Feb 4, 2021
  • 456

Asal Muasal Ngagondang

PANGANDARAN JAWA BARAT - Ngagondang adalah menumbuk padi pakai halu sambil paduan suara , yang terpaan halu nya menghasilkan suara ber irama merdu saling bersah-sahutan, itulah Ngagondang, " kata budayawan Ma'arif sambil meseum, di rumahnya pasir Kiara Parigi, 05/02/2021.

Menurut ma'arif, tempo dulu, Caranya Ngagondang itu biasanya, pegangan padi Gedengan, di bibir ujung lubang lisung di injak oleh kaki satu pasangan pegondang sambil padinya ditempa tempa oleh halunya.

Biasanya, setelah si padi di tempa langsung terlepas dari Gendengan, dengan sendirinya padi akan bergeser ke pasangan pegondang ke dua di sebelahnya, setelah ditempa tempa si padipun bergeser juga ke pasangan pegondang ketiga, begitu juga sampai ke pegondang ke empat.

Di sipegondang kelima, si padi kan sudah banyak yang terlepas dari kulitnya, yang kemudian dipindah dan dimasukan ke lubang berdiamter 30 cntmtr dan di tempa nya untuk lebih dibersihkan dari kulit padinya.

Pasangan pegondang ke lima,   mengambil padi hasil tempaan yang kemudian ditapi pakai nyiru untuk dipisah antara dedak, sekam dengan padi.

Biasanya, menempa padi sekitar dua atau tiga sangga itu  dengan cara Ngagondang, itu akan mengajak para saudara dan tetangga, yang di satu lisung itu bisa melibatkan 4 pasangan sampai delapan pasangan pegondang tergantung panjangnya lisung tersebut.

Banyaknya jumlah sangga'an padi yang di Tutu, itu tergantung berapa benyak beras yang dibutuhkan untuk satu bulan kedepan oleh keluarga itu.

Nah jika kegiatan ngagondang di acara  orang yang akan hajatan atau  pernikahan, itu biasa melibatkan sekitar 10 atau 15 pegondang, dengan disebut rampak Gondang.

Nah, rampak Gondang di acara sepert ini kadang panitia hajat memberikan hadiah kepada pegondang yang dianggap terbaik ke satu ke dua dan ke tiga.

Persiapan acara hajatan kan membutuhkan banyak beras, maka setelahnya balandongan/ tenda hajatan berdiiri, sebelum hari H Hajatan, selama satu Minggu para tetangga dan handai taulan tiap hari ka'ajak, babantu atau membantu mengerjakan apapun demi kebutuhan si punya hajat, jadi membantu bersama-sama kita sebut gotong royong.

Ngagondang  asal kosakatanya dari Nga - Gon-Dang,   Nga itu NgaHariring - Gon itu bunyi-bunyian dari hasil Nakol atau mukul-mukul Dang atau Lisung dengan suara Dang ding dung brak bruk brak tak dak Ding dung break dipadu oleh paduan suara saling bersahutan, itulah Ngagondang.

Sebelum tahun tujuh puluhan, Lisung adalah alat tradisional penumbuk padi orang Sunda tempo dulu sebelum adanya Heller,  

Di Lisung, dengan menggunakan Alu kita menumbuk padi pocongan atau gedengan untuk dijadikan beras.

Lisung terbuat dari kayu keras glondongan, diameter antara 40-50 centimeter dengan panjang antara satu setengah sampai tiga meteran , dipapas dan dipahat menyerupai perahu kayu tempo dulu. 

Di ujung yang agak kecil biasa dibuat seperti kepala naga, dan di ujung sebelahnya yang lebih besar atau bongkotnya, biasa dibikin lubang bulat berdiameter sekitar 35 cntmtr, yang ke bawah nya mengecil sebesar alu berdiameter sekitar10 cntmtr. 

Di lisung itu ada lubang memanjang berbentuk seperti selokan air (lesung) dengan lebar atas mulai dari sekitar 30 cntmtr makin mengecil ke ujung  mengikuti besaran nya kayu, dan lebar bawah  25 kedalaman 30 cntmtr, itu tempat padi ditumbuk pakai halu.

Ukuran bentuk Lisung diatas, walaupun di satu lisung, apabila di tempa oleh lima pasangan pegondang, akan mendapatkan bunyi Nada yang berbeda beda, itulah Rancangannya.

Jadi, Lisung itu, selain alat kerja menggiling padi, juga berfungsi sebagai alat musik.

Jaman dulu, khusus perorangan yang kurang mampu, bisa jadi pekerja yang panggilannya" Tukang Nutu."

Jika seseorang  kebutuhan berasnya banyak, biasa meminta tetangga dan saudara  dengan kalimat, isuk di abdi urang Nutu sambil Ngagondang nya, dan itu pasti Botram dengan makan minum gratis  (mengundang - besok di saya menggiling padi sambil hiburan bernyanyi ria (Ngagondang), datang yah, " Kata yang mengundang.

Karena memang itu kebiasaan bersama, sudah jadi Budaya, maka dipastikan bakal  banyak orang yang datang untuk Ngagondang.

Itulah sekelumit budaya Ngagondang di wewengkon Sunda Pangandaran  05/02/2021.          (Anton AS)

Jaman dulu panen padi mengunakan Ani-ani, bhs sundanya Etem, dicapit pakai tangan kanan sambil memotong padi dengan ukuran dua jengkal dari ujung buah padi terus diberikan kepada tangan kiri dan dipegangnya, jika genggaman padi ditangan kiri sudah penuh kemudian di'ikat, dan satu ikat itu disebutnya Sapocong.

Jika dua pocong disatukan dan diikatnya itu disebut Sagedeng, maka dengan panen padi seperti itu disebutnya Gacong atau Gadeng.

Sasangga ada 6 gendeng padi, dan sasangga terdiri dari 12 pocong padi, maka perhitungan seperti itu, jadilah Gacong dan Gadeng itu sebagai sistem  pengupahan antara pemilik sawah dengan orang yang kerjanya memanen padi. 

Bagikan :

Berita terkait

MENU